Rabu, 16 Juni 2010

film tanah air beta...


Selah sukses menggarap debut filmnya bertajuk `King` tahun silam, Ari Sihasale kembali merilis film terbarunya, `Tanah Air Beta`. Sinema ini menceritakan kisah seorang ibu bernama Tatiana dan sang buah hati, Merry yang hidup di sebuah kamp pengungsian di Kupang, Nusa Tenggara Timur.




Keduanya berjuang menjalani kehidupan yg keras dan serba susah , di bawah bayang kerinduan Mauro--kakak Merry--yg masih tertinggal di Timor Leste dan bertahun-tahun hidup terpisah dari mereka.



"Tanah Air Beta adalah cermin seorang anak yang ingin menemukan arti hidup dan kebanggan terhadap nilai kebangsaan". Demikian diungkapkan Ari Sihasale dalam pemutaran perdana `Tanah Air Beta` di Planet Hollywood, Jakarta, Senin (14/6).

Beberapa pemain senior yg ikut membintangi film ini di antaranya: Asrul Dahlan, Lukman Sardi, Robby Tumewu, dan Tessa Kaunang

Senin, 14 Juni 2010

makalah,,perilaku manusia.." EMOSI,PERSEPSI,DAN MOTIVASI "

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan manusia pada umumnya dan pada tingkah laku pada khususnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu. Pada umumnya perbuatan kita sehari- hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai / perbuatan-perbuatan kita sehari-hari itu. disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi.
1.2 Sasaran dan Tujuan
Penyusunan makalah ini memiliki beberapa tujuan dan sasaran.
Sasaran dari penyusunan makalah ini adalah: Civitas Akademik Stikes Husada Jombang pada umumnya dan Mahasiswa Keperawatan pada khususnya.
Sedangkan tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
 Mengetahui teori emosi,persepsi,dan motivasi.
 Berusaha mengupas dan membuka wawasan mengenai konsep emosi,persepsi,dan motivasi..
 Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Perilaku Manusia.
1.3 Sistematika Bahasan
Penulisan makalah ini berdasarkan sistematika pembahasan yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Sasaran dan tujuan
1.3 Sistematika bahasan
BAB II IDENTIFIKASI MASALAH
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Konsep dasar Emosi,Persepsi dan Motivasi
A. Emosi
B. Persepsi
C. Motivasi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA



BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah-masalah yang akan diidentifikasi antara lain:
3.1 Konsep dasar Emosi,Persepsi dan Motivasi
A. Emosi
a. Defenisi
b. Penggolongan Emosi
c. Pertumbuhan dan Pengaruh Emosi
d. Fungsi Emosi dan Perubahannya
B. Persepsi
a. Defenisi
b. Macam-macam Persepsi dan Faktor-faktornya
c. Macam-macam Gangguan Persepsi (dispersepsi)
d. Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi
C.Motivasi
a. Defenisi
b. Konsep dan Jenis Motivasi
c. Pendekatan Dalam Kajian Motivasi




BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konsep Dasar Emosi, Persepsi, dan Motivasi
A. Emosi
a. Defenisi
 Dari Wikipedia Bahasa Indonesia Emosi adalah istilah yang digunakan untuk keadaan mental dan fisiologis yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan perilaku
 .Dari Ensiklopedi bebas Emosi adalah pengalaman yang bersifat subjektif, atau dialami berdasarkan sudut pandang individu. Emosi berhubungan dengan konsep psikologi lain seperti suasana hati, temperamen, kepribadian, dan disposisi.
 Menurut Syamsudin emosi adalah sebagai suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa ( a strid up state ) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku.
 Menurut James & Lange , bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira.
 menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
 Teori yang dikemukakan oleh William James dan Carl Lange kira-kira seabad yang lalu, yang dikenal dengan Teori James Lange, mengemukakan proses-proses terjadinya emosi dihubungkan dengan faktor fisik dengan urutan sebagai berikut:
 Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi.
 Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola-pola khusus melalui aktivitas fisik.
 Mempersepsikan pola aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya emosi secara khusus.
Perubahan emosi karena perasaan yang menekan, mempengaruhi fungsi pencernaan. Sebagaimana diketahui, pencernaan dilakukan di dalam lambung melalui asam lambung; biasanya lambung menghasilkan asam lambung dalam jumlah sesuai dengan yang dibutuhkan dan berhenti kalau tugas mencerna makanan selesai. Pengeluaran asam lambung ini diatur oleh susunan saraf parasimpatis sebagai bagian dari susunan saraf otonom. Dalam keadaan stres, asam lambung dihasilkan secara berlebihan dan kalau ini terjadi tanpa dipergunakan untuk mencerna makanan, menyebabkan peradangan pada permukaan lambung dan dapat menimbulkan luka.
Tokoh empiris lain yang mengemukakan teori emosi adalah Wilhelm Wundt (1832 - 1920). Tetapi berbeda dari W. James yang menyelidiki mengapa timbul emosi, W. Wundt menguraikan jenis-jenis emosi.

Menurut Wundt ada tiga pasang kutub emosi, yaitu :

1. Senang - tak senang

2. Tegang - tak tegang

3. Semangat - tenang
Emosi dapat membuat kita menggapai puncak kegembiraan atau menenggelamkan kita ke dalam keputusasaan yang mendalam. Emosi-emosi yang menyenangkan atau yang sering juga disebut emosi positif seperti gembira, penuh harapan, damai, kasih sayang, dan lain sebagainya tidak terlalu banyak memberikan rangsangan dan juga tidak terlalu sedikit, sehingga dapat menjaga keseimbangan yang membuat organ-organ tubuh berfungsi dengan baik. Sedangkan emosi-emosi yang tidak menyenangkan atau juga disebut emosi negatif seperti marah, cemas, gelisah, sedih, takut, benci, dendam, putus asa, dan lain sebagainya, memberikan rangsangan yang berlebihan pada berbagai organ tubuh, sehingga organ-organ tubuh tidak dapat berfungsi secara normal, daya tahan tubuh terhadap infeksi diperlemah, dan timbullah berbagai macam penyakit.
Florence Wedge dengan tepat mengatakan bahwa emosi yang tidak menyenangkan dapat menyebabkan banyak penyakit fisik yang kelihatannya benar-benar disebabkan oleh penyakit organik, seperti gangguan pada lambung, hati, usus, jantung, kulit dan otot. Emosi tersebut juga dapat menyebabkan rasa nyeri pada tulang, persendian, dan kepala. Maka tidak mengherankan, masih menurut Wedge, kalau sejumlah dokter terkemuka menyatakan bahwa 90% penyakit yang biasa diderita oleh orang pada zaman sekarang ini, ada kaitannya dengan gangguan emosional. Hal ini dapat dimengerti karena emosi yang kuat lebih melelahkan organisme tubuh daripada pekerjaan berat dari otot atau otak. Maka orang yang secara emosional stabil, tidak akan membiarkan masalah sepele menjadi besar.Benar bahwa tidak ada alur tunggal yang selalu dimulai dari ’emosi negatif’ ke ’penyakit’. Ada kalanya penderitaan karena suatu penyakit (yang bukan akibat emosi negatif) menimbulkan emosi negatif bagi seseorang. Hal ini nampak dari banyak yang menderita sakit yang mudah tersinggung, gampang marah, sedih, putus asa dan sebagainya.
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri – ciri sebagai berikut:
 Lebih bersifat subyektif dari pada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir
 Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ).
 Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.
Mengenai ciri – ciri emosi ini dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi pada
orang dewasa sebagai berikut :
Emosi Anak:
 .Berlangsung singkat dan berakhir tiba - tiba
 Terlihat lebih hebat dan kuat
 Bersifat sementara / dangkal
 Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
Emosi Orang Dewasa:
o Berlangsung lebih lama dan berakhir dengan lambat
o Tidak terlihat hebat / kuat
o Jarang terjadi
o Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikannya
b. Penggolongan Emosi
Membedakan satu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis ke dalam satu golongan atau satu tipe adalah sangat sukar dilakukan karena hal-hal yang berikut ini:
• Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) Menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah.
• Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya, kalau marah ia mungkin gemetar di tempat, tetapi lain kali mungkin ia memaki-maki, dan lain kali lagi ia mungkin lari.
• Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya bukan pada keadaan emosinya sendiri. Jadi, "takut" adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya,"marah" adalah emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan.
• Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif, juga sukar dilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.
c. Pertumbuhan dan pengaruh Emosi
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu.pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang nampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta.Pengaruh kebudayaan besar sekali terhadap perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap kebudayaan diajarkan cara menyatakan emosi yang konvensional dan khas dalam kebudayaan yang bersangkutan, sehingga ekspresi emosi tersebut dapat dimengerti oleh orang-orang lain dalam kebudayaan yang sama
Warna efektif pada seseorang mempengaruhi pula pandangan orang tersebut terhadap obyek atau situasi di sekelilingnya. Ia dapat suka atau tidak menyukai sesuatu, misalnya ia suka kopi, tetapi tidak suka teh. Ini disebut preferensi dan merupakan bentuk yang paling ringan daripada pengaruh emosi terhadap pandangan seseorang mengenai situasi atau obyek di lingkungannya. Dalam bentuknya yang lebih lanjut, preferensi dapat menjadi sikap, yaitu kecenderungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.Sikap pada seseorang, setelah beberapa waktu, dapat menetap dan sukar untuk diubah lagi, dan menjadi prasangka. Prasangka ini sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku, karena ia akan mewarnai tiap-tiap perbuatan yang berhubungan dengan sesuatu hal, sebelum hal itu sendiri muncul di hadapan orang yang bersangkutan.Sikap yang disertai dengan emosi yang berlebih-lebihan disebut kompleks, misalnya kompleks rendah diri, yaitu sikap negative terhadap diri sendiri yang disertai perasaan malu, takut, tidak berdaya, segan bertemu orang lain dan sebagainya.Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya :
a Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.
b.Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa ( frustasi ).
c.Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup ( nervous ) dan gagap dalam berbicara.
d.Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati
e.Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
d.Fungsi Emosi dan perubahannya.
Ada tujuh fungsi emosi bagi manusia yaitu:
1. Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis.
2. Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.
3. Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu..
4. Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain.
5. Meningkatkan ikatan sosial.
6. Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian
7. Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu
Ada beberapa cara untuk mngatasi emosi antara lain:
1. Rasakan Yang Orang Lain Rasakan
2. Tenangkan Hati Di Tempat Yang Nyaman
3. Mencari Kesibukan Yang Disukai
4. Curahan Hati / Curhat Pada Orang Lain Yang Bisa Dipercaya
5. Mencari Penyebab Dan Mencari Solusi
6. Ingin Menjadi Orang Baik
7. Cuek Dan Melupakan Masalah Yang Ada
8. Berpikir Rasional Sebelum Bertindak
9. Diversifikasi Tujuan, Cita-Cita Dan Impian Hidup
10.Kendalikan Emosi Dan Jangan Mau Diperbudak Amarah
11.Untuk meredam amarah orang lain sebaiknya kita tidak ikut emosi ketika menghadapi orang yang sedang dilanda amarah.
Perubahan-perubahan pada tubuh pada saat terjadi emosi Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita antara lain :
1.Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona.
2.Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.
3 Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut.
4.Pernafasan : bernafas panjang kalau kecewa.
5.Pupil mata : membesar bila sakit atau marah.
6.Liur : mengering kalau takut atau tegang.
7.Bulu roma : berdiri kalau takut.
8.Pencernaan : mencret-mencret kalau tegang.
9.Otot: Ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang ataubergetar (tremor).
10. Komposisi darah : Komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.







B.PERSEPSI
a.Defenisi
 Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.
 Menurut Drevardalam Sasanti (2003),Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera.Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.
 Sabri (1993), mendefenisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya.
 Mar’at (1981), mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya.
 Riggio (1990), juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan.
 Bimo Walgito (2001), persepsi adalah proses pengorganisasian,penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu.
 Maramis (1999),persepsi ialah daya mengenal barang,kualitas atau hubungan dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati,mengetahui atau mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang.
 Davidoff, Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.
 Bower Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu.
 Gibson, Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu.
 Krech, Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.

b.Macam-macam Persepsi dan faktor-faktornya.
Ada dua macam persepsi,yaitu :
 Eksternal perception,yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu.
 Self perception,yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu.Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
aktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain:
 fakFtor pengalaman,
 proses belajar,
 cakrawala, dan
 pengetahuan terhadap objek psikologis.
Rahmat (dalam Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa jenis faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara lain:
o kebutuhan individu.
o Pengalaman
o Usia
o masa lalu
o kepribadian
o jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif.
Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain:
 lingkungan keluarga
 hukum-hukum yang berlaku dan
 nilai-nilai dalam masyarakat.
c.Macam-macam gangguan persepsi (dispersepsi)
Menurut Maramis (1999),tersdapat 7 macam gangguan persepsi yaitu:
1.Halusinasi atau maya.
Adalah persepsi tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindra seseorang,yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organik,fungsional,psikotik ataupun histerik.Jenis-jenis halusinasi antara lain:
 Halusinasi penglihatan (halusinasi optik):¬¬¬
*.Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk orang,binatang,barang atau benda.
* Apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk sinar,kilatan atau pola cahaya.
* Apa yang dilihat seolah-olah berwarna atau tidak berwarna.
 Halusinasi auditif / halusinasi akustik ;halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia,suara hewan,suara barang,suara mesin,suara musik,dan suara kejadian alam.
 Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman); halusinasi yang seolah-olah mencium suatu bau tertentu.
 Halusinasi Gustatorik (halusinasi pengecap) ;halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat /rasa tentang sesuatu yang di rasakan.
 Halusinasi Taktil (halusinasi peraba) ;halusinasi yang seolah-olah merasa di raba-raba,di sentuh,di tiup,di rambati ulat,dan disinari.
 Halusinasi kinestik (halusinasi gerak) ; halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak di sebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
 Halusinasi visceral ;halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam (mis: lambung seperti ditusuk-tusuk jarum)
 Halusinasi hipnagogik ; persepsi sensoris bekerja yang salah pada orang normal,yang terjadi sebelum tidur.
 Halusinasi hipnopompik ; persepsi sensoris bekerja yang salah,pada orang normal terjadi tepat sebelum bangun tidur.
 Halusinasi histerik ;halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.
2.Ilusi
Adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi) yang sebenarnya sungguh-sungguh terjadi karena adanya rangsang pada pancaindra.
Contoh: - bayangan daun pisang dilihatnya seperti seorang penjahat.
- bunyi angina terdengar seperti ada orang yang memanggilnya.
3.Depersonalisasi
Adalah perasaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi,tidak menurut kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang merasa bahwa diri atau tubuhnya sebagai tidak nyata.
4.Derealisasi
Adalah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut kenyataan sebenarnya (mis,segala sesuatu dirasakan seperti dalam mimpi)
5.Gangguan somatosensoris pada reaksi konversi.
Adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik menggambarkan adanya suatu konflik emosional. Contohnya :
a. Anestesia,yaitu kehilangan sebagian atau keseluruhan kepekaan indra peraba padas kulit.
b. Parestesia,yaitu perubahan pada indra peraba,seperti ditusuk-tusuk jarum,di badannya ada semut berjalan,kulitnya terasa panas,atau kulitnya terasa tebal.
c. Gangguan penglihatan atau pendengaran
d. Makropsia (megalopsia),yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan sebenarbnya bahkan kadang-kadang terlalu besar sehingga menakutkan.
e. Mikropsia,yaitu melihat benda lebih kecil dari sebenarnya.
6.Gangguan psikofisiologik
Adalah gangguan pada tubuh yang disarafi oleh susunan saraf yang berhubungan dengan kehidupan (nervus vegetatif) dan disebabkan oleh gangguan emosi.
7.Agnosia.
Adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi,baik sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak.
d.Syarat dan Proses terjadinya Persepsi.
 Syarat terjadinya persepsi :
a. Adanya objek : objek ¬¬¬--- stimulus --- alat indra (reseptor).Stimulus berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra / reseptor)dan dari dalam diri individu ( langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja sebagai reseptor)
b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus.
 Proses terjadinya Persepsi :
Persepsi melewati tiga proses,yaitu :
a. Proses fisik (kealamiahan) –objek –stimulus –Reseptor atau alat indra.
b. Proses Fisiologis –stimulus –saraf sensoris –otak
c. Proses Psikologis –Proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang di terima.
Jadi,syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik,fisiologis,dan psikologis.Secara bagan dapat di gambarkan sebagai berikut :

C.Motivasi
a.Defenisi
Istilah motivasi berasal Bahasa Inggris "MOTIVATION". Asal katanya ialah "MOTIVE" yang artinyaTUJUAN. Di dalam surat khabar, Jadi, singkatnya,motivasi adalah sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang di inginkannya secara negatif atau positif.
 Marx (1993), motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan dan mengarahkan seseorang dalam tindakan-tindakannya yang ada secara negatif atau positif.
 Boyle (1993) motivasi adalah suatu bentuk dorongan minat dan hati yang menjadi penggerak utama seseorang,sebuah keluarga, atau organisasi untuk mencapai apa yang diinginkan.
 Woolfolk (1998) motivasi sebagai keadaan dalam diri yang membangkitkan, menguasai dan menguatkan suatu tingkah laku dalam diri seseorang.

b.Konsep dan Jenis Motivasi
Masalah yang menggerakkan dan menentukan tingkah laku seseorang itu Antara lain yang selalu dikaitkan dengan konsep motivasi ialah :
 Keinginan (drives)
 Keperluan (needs)
 Insentif
 Rasa takut (fears)
 Usaha (goals)
 Tekanan sosial (social pressure)
 Kepercayan diri (self-confidence)
 Minat (interests)
 Rasa ingin tahu (curiousity)
 Kepercayaan (beliefs)
 Nilai (values)
 Pengharapan (expectations)
Konsep motivasi juga dapat dijelaskan berdasarkan ciri-ciri individu atau traits. Sebagai contohnya, ada pelajar yang bertindak melakukan sesuatu disebabkan keinginan yang tinggi untuk berjaya tetapi ada pula yang bertindak disebabkan takut untuk gagal; mungkin juga mereka bertindak karena minat yang sangat mendalam dalam masalah tersebut, dan mungkin pula semata-mata disebabkan rasa bertanggung jawab kepada kedua orang tua yang menaruh harapan begitu tinggi terhadap mereka. Ada pula ahli Psikologi yang berpendapat bahawa konsep motivasi dirujukkan kepada keadaan diri seseorang pada saat itu saja. Sebagai contoh, semua mahasiswa yang mengikuti kelas psikologi berusaha penuh perhatian terhadap mata kuliah hari itu kerana mereka tahu apa yang diajar penting untuk ujian kenaikan kelas. Pada dasarnya, motivasi yang terbentuk pada seseorang ketika itu adalah gabungan antara hal-hal diri dan keperluan pada saat itu. Persoalan yang boleh diajukan kepada diri sendiri. Motivasi bergantung pada dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar yang masing-masing dikenal sebagai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a) Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini dikaitkan dengan faktor dalam diri seperti: keperluan, minat, rasa ingin tahu, dan rasa kepuasan diri Ia juga merupakan cirri awal manusia, mengatasi segala cobaan dalam proses mendapatkan sesuatu yang diingininkan (Reeve, 1996).
b) Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini dikaitkan dengan faktor luar diri atau faktor sekitar seperti: hadiah , tekanan sosial, hukuman, dan lain-lain.. Motivasi ekstrinsik adalah berlawanan dengan motivasi intrinsik di mana aktivitas yang dibuat adalah bertujuan untuk mendapatkan ganjaran, atau untuk dipuji, atau untuk mengelak daripada hukuman, atau untuk mendapatkan perhatian seseorang yang disayangi, atau apa saja sebab selain daripada untuk pemenuhan sendiri. Hakikatnya seseorang itu tidak sebenarnya berminat untuk melakukan aktivitas itu, tetapi sebaliknya semata-mata untuk mendapat hadiah. Pada dasarnya kita tidak mungkin dapat membedakan kedua jenis motivasi ini hanya dengan melihat kepada tingkah laku. Sebaliknya kita boleh memahaminya dengan mencoba melihat dari aspek sebab mengapa seseorang itu melakukan perbuatan itu, yang dikenali sebagai lokasi sebab-akibat (locus of causality). Jika seseorang senantiasa berada di perpustakaan kerana minatnya yang suka membaca, maka dikatakan dia mempunyai lokasi sebab-akibat intrinsik.Sebaliknya jikalau dia berada di perpustakaan kerana satu-satunya cara dia bersama temannya, maka boleh diambil kesimpulan bahwa faktor luar yang mempengaruhinya berada di perpustakaan dan ini dikenali sebagai lokasi sebab-akibat luar atau motivasi ekstrinsik.
c.Pendekatan Dalam Kajian Motivasi.
Terdapat berbagai teori dan kajian untuk membicarakan konsep motivasi.
Ada empat pendekatan utama dalam mengkaji konsep motivasi:
 Pendekatan Behaviourisme atau Tingkah laku
 Pendekatan Humanistik atau Kemanusiaan
 Pendekatan Kognitivisme
 Pendekatan Pembelajaran Sosial
a) Motivasi dan Pendekatan Behaviuorisme atau Tingkahlaku
Dalam pendekatan ini, konsep motivasi dikaitkan secara jelas dengan prinsip ganjaran dan peneguhan.Tingkahlaku yang telah diberikan peneguhan pada masa yang lalu Untuk memahami persoalan seperti ini, ahli-ahli kaji behaviourisme menerangkan motivasi melalui konsep ‘peneguhan/ganjaran’ dan ‘insentif’. Ganjaran ialah objek atau situasi yang menarik yang diperolehi hasil daripada sesuatu perbuatan atau tingkahlaku. Insentif pula ialah objek atau situasi yang menggalakkan atau tidak menggalakkan tingkah laku itu diulang.
b) Motivasi dan Pendekatan Humanistik
Pendekatan ini juga dikenali sebagai ‘third-force’ di awal tahun 1940an sebagai gerakan balas terhadap dua pendekatan yang dominan pada masa itu, yaitu behaviuorisme dan psikoanalisis Freud. Pelopor bidang humanistik seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers berpendapat bahwa kedua pendekatan behaviuorisme dan psikoanalisis tidak dapat menerangkan dengan sepenuhnya mengapa seseorang itu bertindak. Pendekatan humanistik mencoba menunjukkan bahwa keinginan intrinsik seseorang itu adalah digerakkan oleh keperluan untuk mencapai “self-actualization” (Maslow, 1968, 1970), “inborn actualizing tendency” (Rogers & Freiberg, 1994), atau keperluan kepada “self-determination” (Deci, Vallerand, Pelletier, & Ryan, 1991).
Pada dasarnya teori ini berpegang kepada kepercayaan bahwa manusia dilahirkan dengan keinginan untuk berusaha memenuhi potensi yang ada pada mereka. Dalam pendekatan ini, memotivasikan pelajar adalah bermakna memberi rangsangan kepada resos dalam yang ada pada setiap orang, yaitu di antaranya rasa kompetensi diri, harga diri, autonomi, dan pemenuhan mandiri. Kajian pendekatan ini mencoba menampilkan ‘self-esteem movement’, yaitu satu pendekatan yang kontroversi dalam memenuhi keperluan pelajar untuk mendapatkan kedudukan sosial melalui persoalan harga diri dan diganti para pelajar.
c). Motivasi dan Teori Kognitivisme
Pendekatan ini mencoba menunjukkan bahwa keinginan menguatkan image sendiri adalah merupakan suatu kuasa motivasi yang kuat. Banyak daripada tingkahlaku kita adalah bertujuan untuk menguatkan standar yang kita kenakan pada diri kita sendiri.
Pendekatan ini juga adalah hasil daripada rasa tidak puas hati terhadap pendekatan behavioursme. Ahli-ahli dalam bidang ini percaya bahawa setiap tindakan kita adalah ditentukan oleh pemikiran kita, bukan hanya disebabkan oleh kita diberikan ganjaran atau telah dihukum dengan melakukan perbuatan itu (Schunk, 1996; Stipek, 1993). Setiap tingkah laku yang dibuat adalah hasil daripada perancangan (Miller, Galanter, & Pribram, 1960), amanat(Locke & Latham, 1990), skema (Ortony, Clore, & Collins, 1988), pengharapan (Vroom, 1964), dan atribusi (Weiner, 1992).Pengandaian yang dibuat dalam pendekatan ini ialah respon yang diberikan oleh kita bukan disebabkan oleh situasi luar atau keadaan fisik tetapi sebaliknya berdasarkan interpretasi ke atas situasi dan kejadian ini.
d) Motivasi dan Pendekatan Pembelajaran Sosial atau Teori Personaliti
Pendekatan ini adalah gabungan antara pendekatan behaviourisme dan kognitivisme. Ia mengambil penekanan ahli behaviorisme di atas kesan atau hasil sesuatu tingkahlaku, dan minat ahli kognitif pula ke atas hasil dari kepercayaan dan pengharapan seseorang.Pendekatan ini boleh diringkas sebagai teori ‘pengharapan x nilai’. Ini bermakna bahwa motivasi adalah gabungan antara dua kekuatan, yaitu pengharapan seseorang untuk sampai ke amanah yang ditujunya, dan nilai amanh itu untuk dirinya. Dengan perkataan lain, persoalan yang mungkin akan ditanya ialah “ Jikalau saya sungguh-sungguh berusaha, bolehkah saya berjaya?” dan “ Jikalau saya berjaya, adakah hasilnya akan membawa kebahagiaan kepada kehidupan saya?”. Di sini, motivasi dilihat sebagai gabungan antara dua elemen penting, yaitu ‘kejayaan’ dan ‘kebahagiaan hidup’, dan jikalau salah satu daripadanya tidak ada, maka kemungkinan besar motivasi untuk berusaha mencapai amanah itu akan menjadi lemah dan tidak signifikan lagi.





BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Emosi dalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jenis emosi yang secara normal dialami antara lain: cinta, gembira, marah, takut, cemas, sedih dan sebagainya. terjadinya emosi dihubungkan dengan faktor fisik dengan urutan sebagai berikut:
 Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi.
 Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola-pola khusus melalui aktivitas fisik.
 Mempersepsikan pola aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya emosi secara khusus.
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.
Motivasi adalah suatu bentuk dorongan minat dan hati yang menjadi penggerak utama seseorang,sebuah keluarga, atau organisasi untuk mencapai apa yang diinginkan.
Motivasi bergantung pada dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar yang masing-masing dikenal sebagai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

4.2 Saran
1. Setiap individu di harapkan menjaga emosinya agar tidak menyakitkan atau merugikan diri sendiri dan orang lain.
2. Setiap persepsi senantiasa di arahkan pada hal-hal yang positif agar tercipta kerukunan hidup antara satu dengan yang lain.
3. Saling memberikan motivasi yang positif harus selalu di pupuk untuk menciptakan semangat dan rasa percaya diri.
4. Emosi,persepsi,dan motivasi adalah bagian dari perilaku manusia yang masing-masing memiliki karakter atau ciri khas yang berbeda.Oeh karena itu perlu di jaga keseimbangan masing-masing.














BAB V
PENUTUP
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah melimpahkan rahmat-Nya karena atas perkenaan-Nya,maka makalah tentang Emosi,Persepsi,dan Motivasi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga makalah yang telah di tulis ini dapat bermanfaat bagi Civitas Akademik semua pada umumnya dan bagi mahasiswa Keperawatan pada khususnya.
Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini,penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya,dan segala saran dan kritikan yang membangun sangat penyusun harapkan dari pembaca demi pengembangan ketrampilan menulis selanjutnya.Kiranya penyelesaian makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
SINDROMA NEFROTIK
I. Definisi
 Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus. (Luckmans, 1996 : 953).
 Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. (Ngastiyah, 1997).
II. Etiologi
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.




2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
 Malaria kuartana atau parasit lain.
 Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
 Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis.
 Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa.
 Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.
3. Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal,nefropati membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis fokal segmental.
 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik adalah:
1. Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.
2. Proteinuria dan albuminemia.
3. Hipoproteinemi dan albuminemia.
4. Hiperlipidemi khususnya hipercholesterolemi.
5. Lipid uria.
6. Mual, anoreksia, diare.
7. Anemia, pasien mengalami edema paru.
 Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
1. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindrom Nefrotik Kongenital
Factor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialysis.

III. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilannya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Husein A Latas, 2002 : 383).
Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia, pada umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5 gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi tetapi kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik/ osmotic intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus keruang intertisial, hal ini disebabkan oleh karena hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang intertisial menyebabkan edema yang diakibatkan pergeseran cairan. (Silvia A Price, 1995: 833).
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume darah arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif, sehingga mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini mengaktifkan ystem rennin angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh darah dan juga akan mengakibatkan rangsangan pada reseptor volume atrium yang akan merangsang peningkatan aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium ditubulus distal dan merangsang pelepasan hormone anti diuretic yang meningkatkan reabsorbsi air dalam duktus kolektifus. Hal ini mengakibatkan peningkatan volume plasma tetapi karena onkotik plasma berkurang natrium dan air yang direabsorbsi akan memperberat edema. (Husein A Latas, 2002: 383).
 Skema :
























Pohon Masalah :


IV. Manifestasi Klinis .
 Berat badan meningkat
 Pembengkakan pada wajah, terutama di sekitar mata
 Edema anasarka
 Pembengkakan pada labia / skotum
 Asites
 Diare, nafsu makan menurun, absorbsi usus menurun  edema pada mukosa usus
 Volume urine menurun, kadang – kadang berwarna pekat dan berbusa
 Kulit pucat
 Anak menjadi iritabel, mudah lelah / letargi
 Celulitis, pneumonia, peritonitis atau adanya sepsis
 Azotemia
 TD biasanya normal / naik sedikit

V. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
 Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.


 Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
2. Biopsi ginjal di lakukan untuk memperkuat diagnosa.
VI. Penatalaksanan
1. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.
2. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat.
3. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak menimbulkan kontriksi, hindarkan menggosok kulit.
4. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
5. Kemoterapi:
 Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis, ulkus peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan hipertensi.
 Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat cairan berlebihan, misalnya obat-abatan spironolakton dan sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid.
1. Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri abdomen dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan infus plasma intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.
2. Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan siklofosfamid.
3. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
4. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali terganggu dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang berta pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka mereka dapat mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka karena mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumah sakit.



ASUHAN KEPERAWATAN SINDROMA NEFROTIK
I. PENGKAJIAN
 Mengkaji adanya retensi cairan dan ekskresinya
 Mengkaji intake & output.
 Mengkaji integritas kulit
 Melakukan pengukuran lingkar abdomen dan menimbang BB.
 Mengkaji adanya edema
 Memonitor tanda-tanda vital
II. DAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan volume cairan : lebih dari kebutuhan tubuh b/d akumulasi cairan pada jaringan tubuh.
Tujuan : Gejala akumulasi cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil : Tidak ada edema, tidak menunjukan gejala kelebihan cairan.
Intervensi :
1. Mengkaji, mencatat, intake, dan output
Rasional :menilai keseimbangan intake dan output
2. Menimbang BB
Rasional : mengkaji adanya retensi cairan.
3. Mengkaji perubahan pada edema
Rasional : mengetahui perubahan fisik klien.
4. Mengukur lingkar abdomen
Rasional : mengkaji adanya asites.
5. Memonitor edema disekitar mata dan daerah yang edema
Rasional : menilai tanda dan gejala yang di timbulkan.
6. Tes Bj urine, dan albumin
Rasional : Hyperalbuminuria adalah manifestasi pada SN.
7. Tampung urine untuk keperluan laboratorium
Rasional : mengetahui secara pasti kondisi penyakit.
8. Kolaborasi pemberian kortikosteroid sesuai kebutuhan
Rasionalisasi : Untuk mengurangi eksresi protein dalam urine
9. Kolaborasi pemberian diuretic jika di indikasikan
Rasional : mengurangi edema .
10. Berikan cairan dengan hati-hati
Rasional : Agar klien tidak menerima cairan berlebihan.
11. Monitor infus intravena
Rasional : Mempertahankan intake
12. Pertahankan bibir basah dengan memberikan minyak / madu
Rasional : Memberikan kenyamanan dan mencegah bibir pecah-pecah
2. Perubahan pola napas b/d penurunan ekspansi paru.
Tujuan : pola nafas menjadi adekuat.
Kriteria Hasil : Frekuensi dan kedalaman nafas dalam batas normal.
Intervensi :
1.Observasi TTV
Rasional : mengetahui kelainan secara dini.
2.pantau adanya gangguan bunyi nafas
Rasional : mengetahui kelainan pola nafas.
3.Beri posisi semi fowler
Rasional : meningkatkan kenyamanan klien.
3. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan b/ d anoreksia
Tujuan: di harapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
 tdk terjadi mual dan muntah.
 menunjukkn masukan yg adekuat
 mempertahankan berat badan
Intervensi :
1) tanyakan makanan kesukaan klien.
Rasional : identifikasi kebiasaan nutrisi klien.
2) anjurkan keluarga utk mendampingi anak pd saat makan.
Rasional : meningkatkan semangat makan klien.
3) berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional : memenuhi kebutuhan makan klien.
4) beri informasi pada keluarga tentang diet klien.
Rasional : dapat memperhatikan diet yg di anjurkan demi kesehatan klien.





4. Gangguan integritas kulit b/ d hipoksia jaringan.
Tujuan : di harapkan tdk terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria hasil :
 integritas kulit dapat terpelihara.
 Tdk terjadi kerusakan kulit.
Intervensi :
 inspeksi selurah permukaan kulit dari seluruh kerusakan kulit
Rasional : Mengetahui kelainan kulit secara dini.
 Berikan bedak untuk melindungi kulit
Rasional : meningkatkan rasa nyaman bagi klien.
 Ubah posisi tidur setiap 4 jam.
Rasional :mencegah atrofi kulit
 Gunakan alas yang lunak untuk mengurangi penekanan pada kulit
Rasional : mecncegah penekanan pada kulit yg berkepanjangan dan kerusakan.
5. Resiko tinggi deficit volume cairan (intravaskuler)/d kehilangan cairan dan protein.
Tujuan : Akan menunjukan tidak adanya kejadian kehilangan cairan intravaskular atau syok hipovolemik.
Kriteria. hasil : Tanda – tanda syok hipovolemik tidak ada.
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : mendeteksi tanda-tanda fisik dari penurunan cairan.
2. Laporkan kejadian-kejadian yang tidak normal
Rasional : Mempercepat tindakan perawatan
6.Resti infeksi b /d menurunnya imunitas.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda2 vital dlm batas normal,leukosit dalam batas normal.
Intervensi
 Gunakan tehnik aseptic pada setiap tindakan
Rasional : menghindari resiko terkena infeksi.
 Pantau adanya tanda-tanda infeksi
Rasional :mengetahui dan merencanakan tindakan mengobati.
 Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan klien.
Rasional : mencegah kontaminasi dengan lingkungan yg kotor.
 Monitor temperature
Rasional :deteksi awal dari infeksi.
 Kolaborasi pemberian antibiotic.
Rasional : Menunjang penyembuhan dan kesehatan klien.





III.EVALUASI
Keefektifannya ditentukan oleh pengkajian ulang yang terus menerus dan evaluasi dari perawatan yang telah dilakukan dan kriteria hasilnya
 Monitor tanda vital dan kaji kulit dari infeksi
 Mengukur intake dan output dan memeriksa urin  albumin
 Mengkaji nafsu makan
 Mengobservasi dan berdiskusi dengan klien dan keluarga tentang pengertian mereka mengenai penyakitnyua dan tindakan.tindakan medis lainnya.














Daftar pustaka
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.
Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC

PDK makalah

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Jugan mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin. Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa.
Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Berkait dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi masalah. Diagnosa untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi masalahmerupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah yang digolongkan kedalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian. Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.
Keuntungan-keuntungan itu antara lain: memberikan kemudahan dalam mengkaji ulang model atau rancangan pembelajaran yang telah disusun. Membantu dalam mengumpulkan informasi tentang pemahaman peserta didik terhadap suatu materi dan memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes sehingga tes yang dilakukan tidak
terkesan asal-asalan.Pengelolaan evaluasi pembelajaran klinik adalah pelaksanaan evaluasi terhadap pembelajaran di klinik. Pembelajaran di klinik tidak sama dengan pembelajaran di kelas atau pun di laboratorium. Mahasiswa yang melaksanakan praktik biasanya terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 8-12 mahasiswa untuk setiap bagian. Masing-masing bagian melaksanakan praktik klinik selama tiga sampai dengan empat minggu, tergantung kompetensi yang harus dicapai mahasiswa dan bobot SKS yang harus ditempuh pada setiap bagian. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran klinik ada kecenderungan dilaksanakan pada minggu terakhir di setiap siklusnya. Pengelolaan evaluasi pada setiap bagian bisa saja berbeda, akan tetapi prinsip, syarat, alat dan model evaluasi sebaiknya dipahami instruktur klinik. Sehingga evaluasi yang dilaksanakan benar-benar mampu menilai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi bukan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif atau keberuntungan. Baik buruknya hasil evaluasi akan menjadi indikator suatu institusi, bahkan turut menentukan apakah suatu program masih layak dipertahankan seandainya berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan adalah kurang memuaskan. Oleh karena itu baik tidaknya pengeloaan evaluasi ikut menentukan penguasaan mahasiswa terhadap kompetensi yang harus dicapainya dan berdampak pada mutu suatu institusi.


1.2 Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang di atas maka rumusan permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah mengetahui :
 Apa itu evaluasi ?
 Masalah-masalah yang harus di ketahui dalam pembelajaran klinik ?
 Perencanaan pembelajaran Klinik ?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Dalam Keperawatan.Dan dapat memahami usaha-usaha yang harus di ketahui dalam evaluasi klinik.












BAB III
PEMBAHASAN
A.Keperawatan sebagai profesi
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada hasillokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio- psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Oleh karena itu sifat pendidikan keperawatan juga menekankan pemahaman tentang keprofesian.Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelarS.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners (Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep. Mata kuliah pada tahap ini terbagi menjadi kelompok mata kuliah yang sifatnya umum, mata kuliah penunjang seperti mata kuliah medis yang secara tidak langsung menunjang mata kuliah keperawatan dan mata kuliah keahlian berupa mata kuliah keperawatan. Sedangkan pada tahap profesi mahasiswa mengaplikasikan teori- teori dan konsep-konsep yang telah didapat selama tahap akademik.

B. Tahap Pendidikan Profesi
Seperti sudah dipaparkan di atas bahwa pendidikan perawat terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pendidikan akademik dan tahap pendidikan profesi.Kondisi ini sejalan dengan pendapat Reilly (2002) yang membagi pendidikan keperawatan menjadi dua disiplin yaitu disiplin akademik dan disiplin profesional. Program pendidikan profesi adakalanya disebut juga sebagai proses pembelajaran klinik. Istilah ini muncul terkait dengan pelaksanaan pendidikan profesi yang sepenuhnya dilaksanakan di lahan praktik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik bersalin, panti wherda, dan keluarga serta masyarakat atau komunitas. Masih menurut Reilly, disiplin akademik lebih menekankan pada pengetahuan dan pada teori yang bersifat deskriptif, sedangkan disiplin professional diarahkan pada tujuan praktis, sehingga menghasilkan teori preskriptif dan deskriptif. Disiplin profesi hanya akan didapat di lingkungan klinis atau lahan praktik karena lingkungan klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis di dalam kurikulum profesional.Lingkungan klinis memfasilitasi peserta didik untuk belajar menerapkan teori tindakan ke dalam masalah klinis yang nyata. Tujuan dari praktik klinis dapat dicapai di lingkungan manapun yang melibatkan peserta didik di dalam praktik keperawatan. Sebagai contoh untuk mahasiswa keperawatan biasanya memakai lahan praktik di rumah sakit tipe A, tipe B maupun tipe C untuk pembelajaran kasus-kasus yang terkait dengan medikal bedah atau perawatan pada orang dewasa, keperawatan gawat darurat dan keperawatan anak. Untuk kasus-kasus maternitas seperti pertolongan persalinan biasanya bekerjasama dengan klinik bersalin atau rumah sakit khusus ibu dan anak, karena selain memiliki pasien dalam jumlah banyak, kasusnya pun lebih spesifik. Sehingga lebih mudah untuk pencapaian kompetensi mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tetapi untuk kasus-kasus yang biasa terjadi di keluarga dan masyarakat atau komunitas yang terkait dengan pelayanan primer biasanya menggunakan puskesmas sebagai lahan praktik. Praktik klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari di kelas ke dalam praktik profesional. Melalui praktik klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. Lebih jauh lagi, praktik keperawatan profesional di bidang pelayanan keperawatan mencakup banyak hal termasuk diantaranya pengambilan keputusan klinis yang mengintegrasikan teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perawat menerima klien sebagai makhluk hidup yang utuh, unik dan mandiri dengan hak-haknya yang tidak dapat dipisahkan. Selama praktik klinis, mahasiswa dapat bereksperimen dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan bentuk perawatan baru (Reilly, 2002). Adanya rasa takut berbuat salah hanya akan membatasi perkembangan dan keinginan mahasiswa untuk bereksperimen dengan perawatan. Kondisi ini akhirnya jelas berdampak pada minimnya pengalaman klinik mahasiswa selama di lahan praktik. Pengajar atau pembimbing klinik adakalanya merasa takut seandainya mahasiswa berbuat kesalahan, sehingga sering menuntut hal yang tidak realistik pada mahasiswa. Hal ini berdampak kepada kompetensi-kompetensi tertentu yang mungkin tidak tercapai selama proses pembelajaran.
C. Perencanaan Pembelajaran Klinik
Menurut William H Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and Management dalam Majid (2005) menyatakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Sedangkan menurut Nana Sujana dalam sumber yang sama menyatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran, perencanaan juga dapat dikatakan sebagai proses penyusunan materi, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran. Sebelum membuat rancangan, sebaiknya dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Melalui pengkajian akan didapatkan status kemampuan awal peserta didik sehingga akan membantu menetapkan tujuan pembelajaran. Tidak semua mahasiswa harus mendapatkan proses pembelajaran yang sama walaupun tujuan akhir dari pembelajarannya sama.Sedangkan untuk makna pembelajaran, banyak ahli pendidikan yang menyatakan bahwa pengajaran merupakan terjemahan dari instruction atau teaching. Sedikit berbeda dengan Correy dalam bukunya Association for Education Communication and Technology dalam Rohani (1995) mengatakan bahwa instruction merupakan bagian dari pendidikan yang merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang dengan sengaja dikelola agar memungkinkan orang tersebut dapat belajar melakukan hal tertentu atau memberikan respon terhadap situasi tertentu pula.Berasumsi pada pendapat Correy, maka untuk dapat melaksanakan pembelajaran, seorang dosen atau pengajar di lahan praktik yang sering disebut instruktur klinik berperan sebagai perancang dan pengembang model pembelajaran sekaligus sebagai pengelola atau pelaksana. Oleh karena itu untuk melaksanakan tugas ini, instruktur klinik perlu memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan khusus dan hal-hal atau materi yang akan disampaikan.Selain itu instruktur klinik pun sebaiknya memahami tentang konsep perencanaan pembelajaran.
Menurut Hunt dalam Majid (2005) ada beberapa model persiapan mengajar diantaranya model ROPES dan satuan pelajaran. Model ROPES merupakan sebuah urutan tahap dari Review, Overview, Presentation, Exercise dan Sumarry. Model ini cocok diadopsi untuk pembelajaran klinik karena dimulai dari review atau pengulangan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Tahap kedua overview yaitu menjelaskan tindakan yang akan dilakukan. Kemudian tahap presentation dengan kegiatan mendemontrasikan tindakan yang akan dilakukan. Keempat adalah exercise atau latihan, pada tahap ini mahasiswa melakukan tindakan keperawatan di bawah supervisi instruktur klinik. Dan terakhir summary atau membuat rangkuman dari pembelajaran yang telah berlangsung. Kekurangan dari model ini adalah tidak mencantumkan aspek evaluasi. Padahal melalui evaluasi instruktur klinik dapat mengetahui kemampuan mahasiswanya. Akan tetapi tahap summary bisa dimodifikasi menjadi tahap evaluasi. Model satuan pelajaran (satpel) adalah model yang sering dipilih oleh kebanyakan pendidik karena polanya yang baku. Tahapannya tiga bagian yaitu kegiatan awal berupa pendahuluan dan apersepsi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Tahap kedua merupakan kegiatan inti yaitu penyampaian materi dan pemberian bimbingan terhadap mahasiswa. Dan tahap terakhir merupakan kegiatan penutup yang biasanya ditandai dengan cara membuat rangkuman atau melaksanakan evaluasi untuk materi yang telah dipelajari.

D. Pelaksanaan Pembelajaran Klinik
Kegiatan di lahan praktik memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk terampil dalam menerapkan teori pada praktek klinik dengan sikap dan keterampilan profesional yang ditumbuhkan dan dibina melalui pengalaman dalam pengambilan keputusan klinik, yang merupakan penerapan secara terintegrasi kemampuan penalaran saintifik dan penalaran etik (Husin, 1992).Menurut Schweek and Gebbie (1996) praktek klinik merupakan “the heart of the total curriculum plan”. Hal ini berarti unsur yang paling utama dalam pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran dikelola di lahan praktek. Untuk itu perlu disiapkan panduan pembelajaran klinik bagi mahasiswa dan juga bagi pembimbing atau instruktur klinik agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang menitikberatkan pada kualitas melalui terciptanya suatu lingkungan belajar yang sarat dengan model peran (role model).Melalui tahap pendidikan profesi diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan profesional. Oleh karena itu pada tahap profesi, pendidikan disusun berdasarkan pada:
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Pada tahap ini peserta didik dan perseptor harus memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
Menyelesaikan masalah secara ilmiah, maksudnya peserta didik dituntut untuk mampu memecahkan masalah secara langsung saat berhubungan dengan pasien/klien dalam membantu memenuhi kebutuhannya melalui tahapan proses keperawatan,
Sikap dan tingkah laku profesional yang dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan kehidupan profesi meliputi penumbuhan dan pembinaan kemampuan berfikir, bersikap dan bertindak profesional melalui suatu lingkungan yang sarat dengan model peran(role model).
Belajar aktif dan mandiri yang dapat dicapai selama pembelajaran klinik antara lain dengan membuat laporan pendahuluan, presentasi kasus dan seminar hasil dan kegiatan lainnya yang menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dan Pendidikan berada di masyarakat atau pengalaman belajar yang dikembangkan di masyarakat (community based learning) yang dapat menumbuhkan dan membina sikap dan keterampilan para mahasiswa di masyarakat.
Untuk mencapai kompetensi di atas, maka kurikulum tahap Program Profesi (Ners) disusun berdasarkan Kurikulum Nasional dengan Surat Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor: 129/U/1999 tanggal 11 Juni tahun 1999 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners di Indonesia (KIPNI). Besar beban studi kurikulum inti pada tahap program profesi (Ners) adalah minimal 20 sks (80% dari kurikulum lengkap program profesi Ners). Dengan komposisi 5 sks (25%) kelompok Keperawatan Medikal Bedah (KMB), 2 sks (10%) Keperawatan Maternitas, 2 sks (10%) Keperawatan Anak, dan 2 sks (10%) Keperawatan Jiwa yang ditempatkan di semester pertama. Sedangkan pada semester kedua meliputi 2 sks (10%) Manajemen Keperawatan, 2 sks (10%) Keperawatan Gerontik, 2 sks (10%) Keperawatan Gawat Darurat, 2 sks (10%) Keperawatan Keluarga dan 3 sks (15%) Keperawatan Komunitas.
Setiap institusi pendidikan tinggi keperawatan hampir memiliki kurikulum yang berbeda. Kurikulum dikembangkan sejalan dengan misi dan visi institusi. Di dalamnya tergambar kompetensi-kompetensi yang harus dicapai peserta didik. Melalui pendidikan profesi, diharapkan dapat mengembangkan keterampilan tehnik, pemecahan masalah serta meningkatkan kemampuan intelektual dan hubungan interpersonal untuk menghasilkan perawat profesional yang mampu memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Lulusannya juga diharapkan mampu menggunakan
metodologi keperawatan berlandaskan pada etika keperawatan. Agar kompetensi ini dapat dicapai, mahasiswa wajib mendapatkan proses pembelajaran secara berkelanjutan antara teori dan pengalaman belajar di lahan praktek dalam suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan pembinaan kemampuan profesional.Pembelajaran yang berkelanjutan dimulai dari tahap akademik yang berfokus kepada penguasaan konsep-konsep dan teori-teori, dilanjutkan pada tahap profesi untuk untuk menerapkan konsep-konsep dan teori-teori yang telah didapat dalam bentuk pelayanan langsung kepada pasien atau klien. Sehingga lulusannya diharapkan dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perawat profesional, baik sebagai pemberi asuhan (caregiver), pembela klien (client advocator), penilai kualitas asuhan (quality of evaluator), manajer (manager), peneliti (researcher), pendidik (educator) maupun konsultan (consultant) serta community leader. Untuk dapat menghasilkan lulusan dengan kemampuan tersebut diperlukan proses pembelajaran di lahan praktek. Pembelajaran di lahan praktik atau praktik klinik diharapkan tidak hanya menjadi kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari di kelas ke dalam praktik profesional. Akan tetapi melalui praktik klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. Lebih jauh lagi, praktik profesional di bidang pelayanan keperawatan mencakup banyak hal diantaranya keputusan klinis yang berasal dari teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perawat menerima klien sebagai makhluk hidup yang unik dan mandiri dengan hak-hak yang tidak dapat dipisahkan.Pelaksanaan pembelajaran klinik terkait erat dengan peran pengajar pada lingkungan klinis yang bertujuan untuk mendorong kemandirian dan kepercayaan diri mahasiswa. Bukan mendukung berkembangnya ketergantungan dan kepercayaan terhadap pengajar. Setelah melalui proses pembelajaran diharapkan mahasiswa benar-benar mandiri sebab mereka akan kembali ke masyarakat sebagai pengguna (user) jasa. Oleh karena itu kemampuan mahasiswa selama pembelajaran di klinik sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan pengalaman instruktur klinik. Di beberapa negara bagian di Australia dan di Amerika instruktur klinik dikenal dengan istilah perseptor. Sehingga metode pembelajaran klinik yang dikembangkan dikenal dengan istilah metode perseptorship.Beberapa metode yang disarankan untuk perseptorship atau pembelajaran klinik adalah tanya jawab, diskusi, demontrasi untuk tindakan atau prosedur yang baru dan feed back atau balikan untuk tindakan yang telah dilakukan. Hal ini penting sebagai evaluasi untuk mengoreksi setiap tindakan yang telah dilakukan mahasiswa. Ada banyak metode pengajaran klinis,






Reilly (2002) membaginya menjadi tujuh, yaitu:
1. Experiential: meliputi penugasan klinis,tugas tertulis, simulasi dan permainan,
2. Pemecahan masalah: meliputi situasi pemecahan masalah, dan situasi pembuatan keputusan
3. Konferensi: biasanya terdiri dari konferensi prapertemuan, pascapertemuan, dan jenis pertemuan klinis lainnya serta pertemuan keperawatan multi disiplin
4. Observasi: meliputi observasi di lingkungan klinis, kunjungan lapangan atau home visit, ronde keperawatan, dan peragaan
5. Multimedia: biasanya terkait dengan keragaman media yang digunakan dalam penyampaian materi misalnya bentuk visual seperti slide dan film strip, bentuk auditori seperti videotip dan dengan menggunakan model atau objek lain untuk dimanipulasi,
6. Model cetakan seperti: hand out, pamplet, buku ajar, buku kerja/buku panduan serta instruksi terprogram, jenis media bukan cetakan seperti kaset/audiotif, komputer, film, film loop, film streep, model, overhead trasparansi, fotografi, objek nyata, slide, televisi, videotip,
7. Self directed yaitu: seperti kontrak pembelajaran, pembelajaran sendiri, dan preceptorship dan model lain dari praktek klinik terkonsentrasi. Preceptorship didasarkan pada konsep modeling peserta didikmdengan cara memodifikasi prilaku dan mengobservasi sendiri prilaku yang dibutuhkan.





E. Karakteristik Pengajar Klinik
Menurut Watt (1990) pengajar klinik yang lebih dikenal sebagai instruktur klinik atau clinical instructur (CI) atau digunakan juga istilah perseptor biasanya berasal dari lahan praktik, tetapi bisa juga berasal dari institusi apabila pembimbing dari lahan praktik tidak dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan. Sebagai perseptor, perawat bertanggung jawab terhadap semua tindakan mahasiswa selama pembelajaran di lahan praktik. Perawat juga harus membuat pembatasan kewenangan yang jelas dan spesifik tentang asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab mahasiswa dan tanggung jawabnya. Kekaburan tugas ini bisa berdampak besar pada kondisi-kondisi tertentu yang tidak diharapkan. Misalnya terjadi kesalahan dalam pemberian atau pelaksanaan suatu tindakan yang dapat berakibat fatal bagi pasien dan dapat menyebabkan kematian. Agar pengajaran di klinik tetap efektif, seorang pengajar klinis sebaiknya memiliki karakteristik di bawah ini.
Pertama, pengajar klinik harus tetap mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan klinis terbaru.Menganalisa teori-teori, mengumpulkan dari berbagai sumber, dan menekankan pemahaman konseptual diantara peserta didik.Membantu peserta didik dalam menghubungkan teori yang melandasi praktik keperawatan.Mampu menyampaikan atau mentransfer pengetahuan kepada peserta didik.Memperlihatkan kompetensi klinis, keahlian, dalam keterampilan dan pertimbangan klinis, dan sikap serta nilai-nilai yang dikembangkan oleh peserta didik.
Kedua,pengajar klinik sebaiknya menguasai keterampilan dasar mengajar sebagaimana layaknya seorang pengajar atau dosen. Katerampilan ini terkait dengan kemampuan pengajar untuk bertanya, menjelaskan, memberi penguatan, mengadakan variasi, mengelola kelas dan membimbing diskusi.Semua keterampilan di atas akan tercermin dalam sikap pengajar saat mendiagnosis kebutuhan pembelajaran, merencanakan instruksi, melakukan supervisi pada peserta didik di dalam lingkungan klinis, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Kondisi lainnya tergambar dalam cara pengajar menyampaikan informasi dalam susunan yang teratur, memberi penekanan pada hal-hal yang penting, memberikan penjelasan dan pengarahan dengan jelas dan singkat sehingga mudah dipahami, mengajukan pertanyaan yang dapat memfasilitasi pembelajaran dan dapat meningkatkan kemadirian peserta didik serta memberikan umpan balik langsung yang positif terhadap kemajuan peserta didik.
Ketiga, pengajar klinik sebaiknya mempertahankan hubungan harmonis dengan cara membentuk hubungan interpersonal dengan peserta didik, yang ditandai dengan adanya kehangatan, rasa saling menghormati, perilaku penuh perhatian,memberi perhatian, dan bersikap lebih terbuka. Hubungan yang kurang harmonis antara keduanya dapat menyebabkan situasi dan kondisi pengajaran yang tidak kondusif. Akhirnya tentu berdampak pada transfer ilmu yang tidak optimal sehingga pencapaian kompetensi pun dapat terhambat. Hubungan ini juga dapat dijalin dengan cara memberikan dukungan, dorongan, dan mendengarkan dengan seksama serta menghargai hak peserta didik untuk menolak, bertanya, dan mengekspresikan pendapat sendiri dan dapat menerima perbedaan diantara peserta didik.
Keempat, terkait dengan karakteristik personal yang harus dimiliki pengajar klinis yaitu dinamis dan antusias, memiliki rasa humor, ramah, kooperatif,sabar dan mau serta mampu mengakui kesalahan dan keterbatasan yang dimilikinya. Pengajar klinik adalah seseorang yang menyukai praktek keperawatan klinis dan mengajar di dalam lingkungan klinis sesuai dengan keahliannya. Kemampuan pengajar klinik dalam melaksanakan pengajaran sesuai dengan keahliannya, akan melahirkan rasa percaya diri pada saat mengajar dan melaksanakan evaluasi pengajaran. Seorang pengajar klinik juga perlu memperhatikan fleksibilitas, bertangung jawab terhadap keperawatan dan pengajaran di lingkungan klinis. Pembelajaran klinik bagi mahasiswa keperawatan di rumah sakit dilakukan secara kolaborasi antara perseptor atau instruktur klinik yang berasal dari institusi pendidikan dan perseptor yang berasal dari lahan praktik yang diperbantukan untuk mengajar mahasiswa selama pembelajaran klinik. Beberapa tanggung jawab perseptor klinis antara lain sebagai berikut:
 Mengorientasikan mahasiswa yang praktik terkait dengan prosedur-prosedur dan kebijakan di lahan praktik,
 Berperan menjadi seorang praktisi klinis, guru sekaligus pementor,
 Melaksanakan supervisi terhadap mahasiswa selama berada di lahan praktik,
 Memperbaiki kemampuan mahasiswa untuk mendukung perencanaan dan tindakan keperawatan
 Memberi masukan dan membantu serta mendorong kemampuan mahasiswa untuk tujuan klinis,
 Berkordinasi dengan institusi pendidikan untuk membahas masalah-masalah yang muncul selama pengajaran klinik,
 Memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal tidak diharapkan saat perseptor tidak dapat mendampingi mahasiswa selama pengajaran klinik,
 Mendokumentasikan perkembangan mahasiswa selama pengajaran sebagai bahan untuk evaluasi,
 Memberikan laporan tertulis pada institusi sebagai bahan evaluasi pada akhir pembelajaran klinis.
Tugas perseptor atau instruktur klinik di setiap institusi pelayanan kesehatan baik itu rumah sakit, klinik, maupun puskesmas jelas berbeda. Hal ini disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa pada setiap bagian. Kondisi lain yang berkontribusi terhadap peran instruktur klinik ini adalah kebijakan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang bersangkutan dan perbandingan atau rasio antara instruktur klinik dengan jumlah mahasiswa/peserta didik yang harus mendapat bimbingan turut mempengaruhi kualitas bimbingan yang diberikan.

F. Evaluasi Pembelajaran Klinik
Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran (Hamalik, 2003). Masih menurut Hamalik evaluasi belajar mengajar merupakan bagian integral dalam proses pendidikan. Karena itu harus dilakukan oleh setiap pendidik sebagai bagian dari tugasnya dalam merancang sistem pembelajaran. Setiap merancang system pembelajaran, sebaiknya telah ditetapkan terlebih dahulu tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang akan dituangkan dalam rumusan rencana evaluasi. Evaluasi atau penilaian tidak hanya dilakukan terhadap hasil belajar tetapi juga dilakukan terhadap proses pengajaran itu sendiri.
Banyak keuntungan yang didapat apabila evaluasi telah direncanakan sebelumnya dan dikelola dengan baik. Keuntungan-keuntungan itu antara lain: memberikan kemudahan dalam mengkaji ulang model atau rancangan pembelajaran yang telah disusun. Membantu dalam mengumpulkan informasi tentang pemahaman peserta didik terhadap suatu materi dan memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes sehingga tes yang dilakukan tidak
terkesan asal-asalan.Pengelolaan evaluasi pembelajaran klinik adalah pelaksanaan evaluasi terhadap pembelajaran di klinik. Pembelajaran di klinik tidak sama dengan pembelajaran di kelas atau pun di laboratorium. Mahasiswa yang melaksanakan praktik biasanya terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 8-12 mahasiswa untuk setiap bagian. Masing-masing bagian melaksanakan praktik klinik selama tiga sampai dengan empat minggu, tergantung kompetensi yang harus dicapai mahasiswa dan bobot SKS yang harus ditempuh pada setiap bagian. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran klinik ada kecenderungan dilaksanakan pada minggu terakhir di setiap siklusnya. Pengelolaan evaluasi pada setiap bagian bisa saja berbeda, akan tetapi prinsip, syarat, alat dan model evaluasi sebaiknya dipahami instruktur klinik. Sehingga evaluasi yang dilaksanakan benar-benar mampu menilai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi bukan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif atau keberuntungan. Baik buruknya hasil evaluasi akan menjadi indikator suatu institusi














BAB III. PENUTUP
I.KESIMPULAN
Pendidikan keperawatan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pendidikan akademik dan pendidikan profesi.Tahap akademik menekankan pada pengetahuan dan teori yang bersifat deskriptif, sedangkan tahap profesional diarahkan pada tujuan praktis,sehingga menghasilkan teori preskriptif dan deskriptif.
Tahap profesi hanya akan di dapat dilingkungan klinis karena lingkungan klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis seperti tercantum dalam kurikulum profesional.Praktek klinik merupakan “the heart of the total curriculum plan” artinya pembelajaran klinik merupakan unsur yang paling utama dalam pendidikan keperawatan.
Agar pembelajaran di klinik tetap efektif, seorang pengajar klinis sebaiknya memiliki karakteristik tertentu dan harus adanya pembatasan kewenangan yang jelas dan spesifik tentang asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab mahasiswa dan tanggung jawabnya.Sebelum melaksanakan pembelajaran klinik sebaiknya dibuat perencanaan terlebih dahulu, kemudian dilaksanakan juga evaluasi terhadap proses yang sudah dijalankan.
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik pembelajaran.
Klinik Pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Karena Klinik Pembelajaran merupakan milik bersama para guru, maka tempat ini dapat digunakan dengan bebas untuk berdiskusi, melakukan refleksi atau merenung tentang proses pembelajaran yang telah dijalani, bersimulasi, misalnya bagaimana cara mengajarkan suatu konsep dengan menyenangkan, dan membuat catatan bersama-sama dengan teman sejawat. Di Klinik Pembelajaran, para supervisor akan membantu dalam melakukan berbagai kegiatan tersebut.
Dalam klinik pembelajaran analisis kesulitan pembelajaran dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan dan konseling belajar, dan kemudian menetapkan model pembelajaran serta mengatasi kesulitan belajar.
II.SARAN
Disarankan kepada semua Mahasiswa dan pengajar semoga dapat menerapkan evaluasi pembelajaran klinik ini sesuai dengan yang telah di tetapkan dalam undang-undang.

makalah ilmu gizi..mineral mikro

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO hidrogen menjadi uap air, dan Nitrogen menjadi uap Nitrogen (N) Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz 1987).
Berbagai unsur anorganik (mineral)terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan non esensial.
Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.
Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral non esensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan.


1.2 Sasaran dan Tujuan
Penyusunan makalah ini memiliki beberapa tujuan dan sasaran.
Sasaran dari penyusunan makalah ini adalah: Civitas Akademik Stikes Husada Jombang pada umumnya dan Mahasiswa Keperawatan pada khususnya.
Sedangkan tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
 Mengetahui teori Mineral Mikro
 Berusaha membuka wawasan mengenai konsep Mineral Mikro..
 Memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Gizi dan Terapi Diet.

1.3 Sistematika Bahasan
Penulisan makalah ini berdasarkan sistematika pembahasan yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Sasaran dan tujuan
1.3 Sistematika bahasan
BAB II IDENTIFIKASI MASALAH
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian dan Klasifikasi
A. Mineral
B. Klasifikasi Mineral
C. Jenis Mineral Mikro dan Gangguannya
D. Proses Metabolisme Mineral Mikro
E. Peran Mineral Mikro Esensial Dalam Tubuh
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA





BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH


Masalah-masalah yang akan di identifikasi dalam makalah ini antara lain:

3.1 Pengertian dan Klasifikasi

A Mineral
B. Klasifikasi Mineral
C. Jenis Mineral Mikro dan Gangguannya
D. Proses Metabolisme Mineral Mikro
E. Peran Mineral Mikro Esensial Dalam Tubuh


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian dan Klasifikasi
A.Mineral.
Mineral merupakan komponen inorganik yang terdapat dalam tubuh manusia. Berdasarkan dari kebutuhannya, mineral terbagi menjadi 2 kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro dibutuhkan dengan jumlah > 100 mg per hari sedangkan mineral mikro dibutuhkan dengan jumlah <100 mg per hari.
Mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi khas-nya masing-masing seperti kalsium yang berperan dalam pembentukan struktur tulang & gigi, natrium berfungsi dalam menjaga kesimbangan cairan tubuh atau juga kalsium yang berfungsi untuk memperlancar peredaran darah.
B.Klasifikasi Mineral
Menurut jenisnya, klasifikasi mineral dibedakan
1. Mineral Organik
Adalah mineral yang dibutuhkan serta berguna bagi tubuh kita, yang dapat kita peroleh melalui makanan yang kita konsumsi setiap hari seperti nasi, ayam, ikan, telur, sayur-sayuran serta buah-buahan, atau vitamin tambahan.
2. Mineral Anorganik
Adalah mineral yang tidak dibutuhkan serta tidak berguna bagi tubuh kita.Contohnya:Timbal Hitam (Pb), Iron Oxide (Besi Teroksidasi), Mercuri, Arsenik, Magnesium, Aluminium atau bahan-bahan kimia hasil dari resapan tanah dan lain.
Menurut bentuknya, klasifikasi mineral dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Mineral Makro
Contohnya:
 Kalsium
 Fosfor
 Magnesium
 Natrium
 Klorida
 Kalium
2. Mineral Mikro
Contohnya:
 Besi
 Seng
 Iodium
 Selenium
 Tembaga
 Mangan
 Kromium
 Fluor
C.Jenis Mineral Mikro dan Gangguannya
Mineral Mikro merupakan mineral yang jumlah kebutuhannya kurang dari (<100 mg per hari) atau lebih sedikit di bandingkan dengan mineral makro.Yang termasuk mineral mikro antara lain:
 Besi
Zat besi merupakan salah satu mineral yang dapat membuat tubuh sehat Tubuh manusia mengandung lebih kurang 3,5 - 4,5 gram zat besi, di mana dua per tiganya ditemukan di dalam darah, sementara sisanya ditemukan di dalam hati, sumsum tulang, otot. Peranannya dalam produksi sel darah merah sudah sangat terkenal, terutama untuk kaum wanita.
Sel darah merah mengandung protein yang bernama hemoglobin, dan setiap hemoglobin memiliki 4 atom zat besi. Zat besi dalam hemoglobin inilah yang mengikat oksigen dalam darah pada paruparu untuk bisa disebarkan ke seluruh tubuh. Setelah melepas oksigen, hemoglobin kemudian mengikat karbondioksida (C02) untuk dilepaskan oleh paru-pare. Jadi bisa dibayangkan pentingnya zat besi untuk individu yang ingin suplai oksigen dan energi yang tinggi.
Beberapa gejala kekurangan zat besi adalah: kesulitan bernafas (nafas terengah-engah), jantung yang berdetak lebih cepat, kelelahan, kesulitan memusatkan perhatian, tidur yang tidak pulas, sakit saat menstruasi, ujung bibir yang pecah-pecah, iritasi mata, dan bahkan kerontokan rambut.
Sumber-sumber alami za besi adalah: daging sapi, daging ayam, dan sayur-sayuran berwarna hijau tua.

 Zinc/Seng
Seng adalah salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan dikelompokkan dalam golongan trace mineral. Namun bagi manusia, arti penting zat seng sebenarnya baru terungkap pada tahun 1956. Fungsi seng terbilang sangat vital bagi kelangsungan hidup sel-sel tubuh manusia. Salah satunya sebagai zat perantara bagi lebih 70 macam enzim dan protein yang ada di tubuh manusia. Enzim sendiri berperan dalam metabolisme seluruh sel-sel ditubuh manusia, maka jika enzim-enzim tidak terbentuk sempurna, fungsi sel tubuh akan terganggu. Selain itu, seng berperan pula dalam proses pembentukan genetik, yaitu pada DNA (DeoxyribosenucleidAcid).
Dengan konsentrasi yang cukup besar dalam tubuh yakni menempati posisi kedua setelah zat besi,
Seng dapat mudah ditemukan pada berbagai jenis makanan yang kaya akan kandungan protein seperti daging, kacang-kacangan dan polong polongan.Asupan seng yang dibutuhkan tubuh manusia sebenarnya sangat sedikit, namun ternyata penyerapan seng oleh tubuh pun sangatlah kecil. Dari sekitar 4-14 mg/hari jumlah seng yang dianjurkan untuk dikonsumsi, hanya sekitar 10-40% saja yang dapat diserap.Kehadiran zat mineral lain yang tinggi dalam tubuh, seperti zat besi dan tembaga serta adanya kandungan phytat pada bayam, kangkung dan sayuran lain, ternyata menghambat penyerapan seng di mukosa usus. Namun, jika zat-zat tersebut difermentasikan, malah dapat meningkatkan penyerapan seng. Jika tubuh Anda tidak mendapat suplai seng yang cukup, biasanya akan muncul tanda-tanda atau gejala.
Berikut adalah tanda-tanda bila mengalami kekurangan seng menurut U.S. National Library of Medicine:
 Rata-rata pertumbuhan yang lambat.
 Tidak ada selera atau nafsu makan.
 Penyembuhan luka yang lambat, muncul lesi pada kulit dan infeksi yang tak kunjung sembuh.
 Kelelahan yang hebat.
 Kerontokan pada rambut.
 Ketidaknormalan pada kemampuan mengecap rasa dan mencium bau.
 Kesulitan dalam melihat dikegelapan.
 Menurunnya produksi hormon pada pria (infertilitas).
Khusus untuk poin terakhir, kekurangan seng akan mengganggu proses pembentukan sperma dan perkembangan organ seks primer dan sekunder pada pria.
Kekurangan seng pada pria menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) yang berdampak pada terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig. Testosteron adalah hormon yang mempengaruhi libido dan ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki.
Dalam keadaan normal atau sehat jumlah yang dianjurkan untuk pria dewasa sebanyak 15 mg per hari, sedangkan wanita 12 mg per hari. Cara aman mendapatkan zat gizi seng adalah dengan mengonsumsi makanan kaya seng.
Makanan yang kadar sengnya tinggi antara lain kerang, daging sapi, hati, dan rempah/bumbu makanan (spices). Sumber makanan yang baik adalah keju cheddar, kepiting, daging kambing muda, kacang tanah, dan hewan ternak.
Selain itu, ada pula beberapa unsur makanan yang akan menghambat penyerapan seng dalam tubuh, yaitu tinggi kadar kalsium, asam fitat, dan mineral copper. Untuk itu, konsumsi makanan penghambat ini perlu dikurangi jumlah dan frekuensinya.
 Yodium/iudium
Jenis mineral ini, selalu dihubung-hubungkan dengan garam. Bahkan WHO, lembaga kesehatan dunia milik PBB, pernah mencanangkan gerakan konsumsi garam beryodium di negara berkembang. Sebenarnya yodium hanyalah mineral yang 'dititipkan' pada garam. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat di dunia menggunakan garam untuk memasak. Namun, sumber yodium terbesar adalah seafood, seperti: kerang, udang, rumput laut dan aneka ikan serta hasil olahannya
Peran yodium bagi tubuh Yodium tergolong sebagai mikro mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Di dalam tubuh, yodium sangat dibutuhkan oleh kelenjar tiroid (kelenjar yang agak besar dan berada di leher depan bagian bawah). Oleh kelenjar tiroid, yodium digunakan untuk memproduksi tiroksin. Tiroksin adalah hormon yang mengatur aktivitas berbagai organ, mengontrol pertumbuhan, membantu proses metabolisme, bahkan menentukan berapa lama seseorang bertahan untuk hidup.Jika persediaan yodium di dalam tubuh sangat rendah maka kelenjar tiroid akan membesar sehingga membentuk benjolan pada leher yang biasanya disebut penyakit hipotiroid. Meski sama-sama mengalami pembengkak pada bagian leher, hipotiroid berbeda dengan penyakit gondok (goitre) yang disebabkan karena virus.Jika tidak segera diobati, penderita hipotiroid akan mengalami anemia, sistem pernafasan melemah, penderita mengalami kejang, sehingga aliran darah ke otak berkurang sampai akhirnya terjadi gagal jantung.
Pada ibu hamil, kekurangan hormon tiroid, dikhawatikan bayinya akan mengalami cretenisma, yaitu tinggi badan di bawah ukuran normal (cebol) yang disertai dengan keterlambatan perkembangan jiwa dan tingkat kecerdasan.
Tanda-tanda lain akibat hipotiroid ialah kelopak mata tampak lebih cembung, muka kelihatan suram, lesu, rambut kasar, lidah bengkak dan suara parau.
Lalu, apa yang terjadi jika tubuh kita kelebihan yodium?
Kelebihan yodium di dalam tubuh dikenal juga sebagai hipertiroid. Hipertiroid terjadi karena kelenjar tiroid terlalu aktif memroduksi hormon tiroksin. Biasanya ditandai gejala mudah cemas, lemah, sensitif terhadap panas, sering berkeringat, hiperaktif, berat badan menurun, nafsu makan bertambah, jari-jari tangan bergetar, jantung berdebar-debar, bola mata menonjol serta denyut nadi bertambah cepat dan tidak beraturan.Untuk memenuhi kecukupan yodium sebaiknya di dalam menu sehari-hari sertakan bahan bahan pangan yang berasal dari laut. Kebutuhan yodium perhari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan. Kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120 mikrogram/ hari untuk anak sampai umur 10 tahun, 150 mikrogram/ hari untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui dianjurkan tambahan masing-masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram/ hari.
 Selenium
Selenium telah menunjukkan diri sebagai salah satu dari agen-agen antikanker yang lebih kuat. Apabila ia digabungkan dengan vitamin E, efektivitas keduanya terhadap kanker akan sangat meningkat. Mereka bersama-sama bekerja sebagai antikanker yang kuat, sistem antipenuaan yang disebut glutation peroksidase (GSH). Kombinasi ini membentuk satu antioksidan yang paten, dan karenanya, pemakan radikal bebas ini melindungi membran-membran sel dari serangan radikal bebas. GSH oleh beberapa orang dilukiskan menyerupai miniatur kekuatan polisi yang mencari dan menghancurkan sel-sel pemberontak dan radikal-radikal bebas dalam tubuh. Tidak usah ditanyakan lagi bahwa mereka merupakan senjata penting bagi tubuh untuk mencegah kanker. Jumlah vitamin E dalam diet seseorang mempengaruhi kadar GSH di dalam tubuh.
Sejumlah kemampuan murni lainnya yang ditunjukkan oleh selenium:
 Selenium meningkatkan efisiensi sehingga DNA dapat memperbaiki dirinya sendiri. Pada kadar tinggi selenium bersifat langsung sebagai racun terhadap sel-sel kanker.
 Selenium menghambat pertumbuhan tumor dalam jaringan payudara manusia.
 Selenium dapat mendeaktivasi toksisitas radiasi di dalam tubuh.
 Selenium bekerja membersihkan darah dari efek kemoterapi dan malfungsi liver.
 Selenium merupakan stimulan yang paten bagi sistem kekebalan.
Jadi betapa pentingnya mineral ini bagi pejuang kanker. Para ilmuwan telah memperhatikan adanya hubungan langsung antara insiden kanker dan kadar selenium di dalam tanah di berbagai negara yang berbeda. Bilamana kadarnya lebih rendah, insiden kanker pada populasi tersebut meningkat.
 Tembaga
a. Sumber makanan utama :
Daging, tiram, kacang-kacangan, tanaman polong yang dikeringkan, gandum.
b. Fungsi utama dalam tubuh :
• Komponen enzim
• Pembentukan sel darah merah
Pembentukan tulang
c. Akibat Dari Kekurangan & Kelebihan :
Kekurangan : Anemia pada anak² yg menderita malnutrisi.
Kelebihan : Pengendapan tembaga dalam otak, kerusakan hati.
d. Kebutuhan Harian Dewasa :
Dibutuhkan 2 miligram
Sistem tubuh pada orang-orang yang menderita kanker telah didapati kekurangan tembaga. Oleh karenanya, tembaga tercakup dalam suplemen-suplemen lainnya disamping mineral-mineral cairan.
 Mangan
a. Sumber makanan utama :
Gandum, buah-buahan yg dikeringkan
b. Fungsi utama dalam tubuh :
Komponen enzim
c. Akibat Dari Kekurangan & Kelebihan :
Kekurangan :
• Penurunan berat badan,
• iritasi kulit,
• mual & muntah,
• perubahan warna rambut,
• pertumbuhan rambut yg lambat
Kelebihan :Kerusakan saraf
d. Kebutuhan Harian Dewasa :
Dibutuhkan 3,5 miligram
 Chromium
Chromium adalah sejenis mineral mikro yang esensial bagi tubuh. Esensial dalam hal ini berarti tidak bisa diproduksi oleh tubuh dan harus didapatkan dari sumber luar (seperti makanan dan suplementasi). Fungsinya hampir sama dengan insulin yang diproduksi oleh tubuh yaitu untuk mendorong glukosa (karbohidrat) ke dalam sel untuk dijadikan energi. Asupan chromium yang optimal tampaknya menurunkan jumlah insulin yang diproduksi agar tidak terlalu banyak menjaga kadar gula darah.
Di dalam tubuh manusia dewasa pada umumnya mengandung 0,4 mg hingga 6 mg Chromium, dengan kadar yang lebih rendah umumnya dimiliki oleh individu yang berusia lanjut. Dalam beberapa studi kesehatan berdasarkan variasi geografis (tempat tinggal), ditemukan adanya hubungan yang kuat antara asupan gizi Chromium dengan penyakit diabetes dan jantung. Di tempat yang masyarakatnya mengkonsumsi cukup Chromium, jumlah penderita diabetes dan jantung jauh lebih sedikit daripada tempat yang masyarakatnya tidak mengkonsumsikan cukup Chromium.
Sumber alami Chromium: Gandum, kuning telur, bayam, daging sapi, susu dan kacang hijau.
 Fluor
Sudah ada kontroversi tentang fluor yang ditambahkan ke dalam air. Walaupun tidak begitu diperlukan, fluor terbukti dapat melindungi lubang gigi saat dikonsumsi dalam jumlah menengah (di bawah 4 mg/l). Fluor bertanggung jawab terhadap pencegahan kerusakan gigi yang terjadi di Amerika Serikat mulai pertengahan tahun 1980-an. Tindakan khusus harus dilakukan saat jumlah fluor yang dikonsumsi oleh anak-anak. Tingkat fluor diatas 2mg/l dapat merusak pertumbuhan gigi orang dewasa sebelum menjadi gigi tetap
Sumber fluor di antaranya adalah air, makanan laut, tanaman, ikan dan makanan hasil ternak. Sedangkan fungsi fluor di antaranya adalah :
• Untuk pertumbuhan dan pembentukkan struktur gigi.
• Untuk mencegah karies gigi.

D.Proses metabolisme Mineral Mikro
Dalam proses metabolisme energi tubuh, mineral-mineral yang diperoleh melalui konsumsi bahan pangan dalam keseharian ini akan terlibat dalam proses pengambilan energi dari simpanan glukosa (glycolysis), pengambilan energi dari simpanan lemak (lipolysis), pengambilan energi dari simpanan protein (proteolysis) serta juga terlibat dalam pengambilan energi dari phosphocreatine (PCr). Mineral mikro (Trace Mineral) sangat penting untuk tubuh manusia.
Mineral mikro (trace Mineral) memegang peranan penting dalam metabolisme tubuh, bertindak sebagai katalisator dalam berbagai substansi dan juga membantu enzim untuk melaksanakan kerjanya.




E.Peran Mineral Mikro Esensial Dalam Tubuh
Secara garis besar, mineral esensial dapat dikelompokkan menurut fungsi metaboliknya atau fungsinya dalam proses metabolisme zat makanan. Dalam tubuh, mineral ada yang bergabung dengan zat organik, ada pula yang berbentuk ion-ion bebas.Tiap unsur esensial mempunyai fungsi yang berbeda-beda bergantung pada bentuk atau senyawa kimia serta tempatnya dalam cairan dan jaringan tubuh (Puls 1994).
Tembaga merupakan unsur esensial yang bila kekurangan dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan hemoglobin. Tembaga sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan hemoglobin, dan proses fisiologis dalam tubuh (Richards 1989; Ahmed et al. 2002).Tembaga ditemukan dalam protein plasma,seperti seruloplasmin yang berperan dalam pembebasan besi dari sel ke plasma. Tembaga juga merupakan komponen dari protein darah, antara lain eritrokuprin, yang ditemukan dalam eritrosit (sel darah merah) yang berperan dalam metabolisme oksigen (Darmono 1995; 2001). Selain ikut berperan dalam sintesis hemoglobin, tembaga merupakan bagian dari enzim-enzim dalam sel jaringan. Tembaga berperan dalam aktivitas enzim pernapasan,sebagai kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokrom oksidase.
Tirosinase mengkristalisasi reaksi oksidasi tirosin menjadi pigmen melanin (pigmen gelap pada kulit dan rambut). Sitokrom oksidase, suatu enzim dari gugus heme dan atom-atom tembaga, dapat mereduksi oksigen (Davis dan Mertz 1987; Mills 1987; Sharma et al.2003).
Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia,antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel (Brock dan Mainou-Fowler 1986; King 2006). Zat besi bukan hanya diperlukan dalam pembentukan darah, tetapi juga sebagai bagian dari beberapa enzim hemoprotein (Dhur et al1989). Enzim ini memegang peran penting dalam proses oksidasi-reduksi dalam sel. Sitokrom merupakan senyawa heme protein yang bertindak sebagai agens dalam perpindahan elektron pada reaksioksidasi-reduksi di dalam sel.
iodin merupakan komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid. Tiroksin berperan dalam meningkatkan laju oksidasi dalam sel sehingga meningkatkan Basal Metabolic Rate (BMR).Tiroksin juga berperan menghambat proses fosforilasi oksidatif sehingga pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP) berkurang dan lebih banyak dihasilkan panas. Tiroksin juga mempengaruhi sintesis protein (Mills1987; Darmono 1995). Iodin secara perlahan-lahan diserap dari dinding saluran pencernaan ke dalam darah. Penyerapan tersebut terutama terjadi dalam usus halus, meskipun dapat berlangsung pula dalam lambung. Dalam usus, iodin bebas atau iodat mengalami reduksi menjadi iodida sebelum diserap tubuh. Dalam peredaran darah, iodida menyebar ke dalam cairan ekstraseluler seperti halnya klorida. Iodida yang masuk ke dalam kelenjar tiroid dengan cepat dioksidasi dan diubah menjadi iodin organik melalui penggabungan dengan tiroksin. Proses tersebut terjadi pula secara terbatas dalam ovum (Graham 1991; Puls 1994; Lee et al. 1999).
Seng merupakan komponen penting pada struktur dan fungsi membran sel, sebagai antioksidan, dan melindungi tubuh dari serangan lipid peroksidase. Seng berperan dalam sintesis dan transkripsi protein, yaitu dalam regulasi gen.
Pada suhu tinggi,tubuh banyak mengeluarkan keringat dan seng dapat hilang bersama keringat sehingga perlu penambahan (Richards 1989; Ahmed et al. 2002). Ikatan enzim seng yang merupakan katalis reaksi hidrolitik melibatkan enzim pada bagian aktif yang bertindak ”superefisien”. Enzim karbonik anhidrase meng-katalisis CO2 dalam darah, enzim karboksi peptidase mengkatalisis protein dalam prankreas, enzim alkalin fosfatase.








BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Mineral mikro esensial mempunyai peran sangat penting dalam kelangsungan hidup Kekurangan atau kelebihan mineral mikro esensial dapat menyebabkan penyakit. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu.
Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian pengendalian komposisi cairan tubuh 65%.Untuk pemeliharaan fungsi tubuh, manusia memerlukan mineral dalam jumlah tertentu. Mineral yang dibutuhkan tubuh hingga saat ini dikenal dengan nama mineral makro dan mineral mikro.Intake (asupan) makanan sehari-hari, membantu manusia mendapatkan zat yang diperlukan tubuh. Dinamakan mineral mikro, karena tubuh hanya memerlukan dalam jumlah kurang dari 100 mg saja. Jumlah yang memang sangat kecil, tapi sudah mencukupi bagi tubuh.
Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.

4.2 Saran
1. Bagi seluruh Civitas Akademik untuk terus menambah wawasan pengetahuan mengenai Mineral Mikro.
2. Sebagai manusia, kita perlu menjaga keseimbangan asupan nutrisi dan selalu menjaga kesehatan.
3. Mineral Mikro walaupun sedikit asupannya bagi tubuh,tetapi perlu terus di jaga agar tubuh tidak mengalami defisiensi mineral.
4. Semoga dengan adanya Makalah ini baik penyusun maupun pembaca dapat memahami akan pentingnya mineral miro dalam kehiduan sehari-hari.

BAB V
PENUTUP
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah melimpahkan rahmat-Nya karena atas perkenaan-Nya,maka makalah tentang Mineral Mikro ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga makalah yang telah di tulis ini dapat bermanfaat bagi Civitas Akademik semua pada umumnya dan bagi mahasiswa Keperawatan pada khususnya.
Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini,penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya,dan segala saran dan kritikan yang membangun sangat penyusun harapkan dari pembaca demi pengembangan keterampilan menulis selanjutnya.Kiranya penyelesaian makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.